Minggu, 02 Juni 2013

MAJAS

Jenis-jenis Majas Majas perbandingan Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas perbandingan 1. Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut. 1. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal. Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya. 1. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai". contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja. 1. Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama. contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri. 1. Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia. 2. Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya. 3. Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis. 4. Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang. 5. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut. Contoh: Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum) 1. Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib. 2. Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri. Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku. 1. Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit. Aku terlalu banyak makan sehingga perutku hampir meledak. 1. Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia. Contoh: Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku. 1. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa. 2. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek. contoh:Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya. 1. Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian. contoh:Indonesia bertanding volly melawan Thailand. 1. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus. contoh:Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya? 1. Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya. 2. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata. contoh:Perilakunya seperti ular yang menggeliat. 1. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita. 2. Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek. 3. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata. contoh:Kita bermain ke rumah Ina. 1. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud. 2. Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama. Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut. Majas sindiran Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas sindiran 1. Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut. Wajahmu cantik seperti kaleng rombeng 1. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar. Contoh: suaramu seperti kaset kusut 1. Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi). Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ? 1. Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll. 2. Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya. Majas penegasan Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas penegasan 1. Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan. 2. Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. Contoh: Saya naik tangga ke atas. Saya jatuh ke bawah 1. Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat. 2. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan. 3. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan. 4. Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar. 5. Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya. 6. Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu. 7. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan. 8. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting. 9. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting. 10. Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya. 11. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut. 12. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada. 13. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya. 14. Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung. 15. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung. 16. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat. 17. Eksklamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru. 18. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan. 19. Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya. 20. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan. 21. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat. 22. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis. 23. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu. Majas pertentangan Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas pertentangan 1. Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar. 2. Oksimoron: Paradoks dalam satu frasa. 3. Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya. 4. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. 5. Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar